Monday 29 August 2016

iJakarta, perpustakaan kapan saja

Ketika matahari terbenam, orang-orang mulai menyudahi pekerjaan mereka. Para pekerja kantoran mulai membereskan pekerjaan mereka, para guru mulai membereskan materi pembelajaran mereka, para pelajar mulai beristirahat dari letihnya belajar. Mungkin, tapi tidak begitu kenyataannya. Para pekerja menghabiskan sisa malam lembur dengan pekerjaan limpahan dari atasannya yang sedang bersantai di rumah, para guru masih mencari dan mengerjakan materi pembelajaran untuk esok hari agar sesuai dengan kurikulum yang baru, begitu pula para pelajar yang masih berada di tempat bimbingan belajar untuk mendapatkan pembelajaran tambahan agar mampu menyesuaikan diri dengan pelajaran yang sedang berlangsung di sekolah. Dan mereka semua pulang dan sampai rumah ketika matahari telah jauh tenggelam dan kemudian menuju tempat berbaring yang sangat menggoda namun tidak lebih menggoda ketika pagi hari dengan kenyataan mengulang kejadian tersebut keesokan harinya.

Sebagai pelajar yang mengalami hal yang sama, maaf koreksi, yang hampir sama mungkin, entahlah. Saya pulang sekolah kira-kira ketika adzan ashar berkumandang dan waktu perjalanan saya bisa mencapai satu jam paling lama, anggaplah saya sampai rumah ketika jam menunjukan angka kesialan dalam adat Tionghoa. Apa yang saya lakukan sampai rumah? Tidur, ya saya rasa tidur adalah jalan yang tepat untuk diambil untuk melepas beban setelah menimba ilmu dari sumur yang sangat dalam, setelah merapihkan diri terlebih dahulu tentunya. Dan ketika matahari terbenamlah waktu yang saya nikmati.

Kesibukan harian anda terkadang membuat anda lupa akan keindahan dunia. Ketika matahari mulai terbenam cobalah mencari tempat tinggi dan lihatlah ke ujung horizon. Biasanya saya pergi memanjatkan tubuh saya ke atap rumah saya, dan menikmati semburat cahaya kemerahan, pada saat ini lepaskanlah pikiran, tenangkan diri, dan jangan sekalipun menyia-nyiakan momen ini. Tidakkah kalian takjub dengan keindahan matahari yang sedang mati untuk hari itu? Merah dilangit seperti bekas matahari yang ditusuk dengan jahat oleh lelahnya hari, dengan awan yang bergerak dengan perlahan menikmati kekejaman sang lelah, dan terkadang burung-burung ikut terbang rendah untuk menyamakan diri dengan kita agar bisa mendapatkan pemandangan di bangku yang sama. Begitulah caranya matahari mati.

Dan begitulah cara sang alam memperingatkan betapa sedikitnya sisa hari yang telah kita lalui, dan apa yang telah kita lakukan? Hal yang sama, dengan waktu yang padat. Saya pun merasakan kekecewaan ketika matahari telah mati, apa yang bisa saya lakukan sekarang tidak sebebas ketika dia hidup, atau mungkinkah? Terbelenggu pemikiran bahwa malam adalah waktu yang jahat dan membuat diri kita terkekang oleh kegelapan.

Saya punya kabar baik dan kabar buruk. Kabar baiknya, perpustakaan mempunyai banyak buku untuk mengisi waktu kita dalam kurungan sang malam. Kabar buruknya, perpustakaan telah tutup ketika sang malam bangkit. Untungnya seseorang dengan pemikiran yang sama dengan saya, yang enggan dijadikan budak waktu oleh sang malam membuat sebuah aplikasi iJakarta, sebuah perpustakaan digital.


Hal yang saya suka dari kemajuan zaman adalah digital, semua serba digital, memberikan dampak yang baik selagi buruk bagi dunia ini. Hidup mudah atau kemalasan bertambah tergantung dari mana arah pandangan mata anda melihat. Seperti yang saya bilang tadi, iJakarta adalah perpustakaan digital dengan slogannya "jadilah pribadi yang kreatif dan inovatif" dengan motto "membaca semakin mudah" yang menurut saya adalah fakta.

Ketika malam dan melihat rembulan, saya berpikir betapa jahatnya sang rembulan, bersembunyi ketika rajanya sekarat dan muncul begitu saja dengan sombongnya dengan harapan dapat bersinar seperti sang raja walau hanya sebatas pantulan, setidaknya ketika sang raja telah mati dialah yang menggantikan walaupun kerajaannya sekarang tak secerah rajanya dulu.Peduli apa, keegoisan dunia telah membuat hati sang rembulan buta. Cukup hati sang rembulan saja yang buta, selama sepasang mata kita dapat melihat nikmatilah keindahan yang menyegarkan mata, bacalah buku-buku yang berisikan kata-kata indah untuk mengisi kekosongan malam hari melalui iJakarta tentunya.

Manusia adalah makhluk yang sangat serakah, gunakanlah alasan itu. Bacalah buku, dapatkan ilmu dari setiap lembaran yang ada, serakahlah hingga anda kehabisan bacaan dan membaca buku yang telah anda baca, karena sedalamnya ilmu yang anda dapat, masih ada palung dalam lautan ilmu. Dan saya rasa iJakarta setidaknya dapat membantu mengatasi keserakahan anda dengan suguhannya yang beraneka ragam genre buku.

Terkadang saya suka membaca buku lain walaupun belum selesai membaca sebuah buku sampai habis dan jujur saja itu membuat saya bingung buku apa saja yang sedang saya baca. Terkadang saya melihat sebuah buku yang tergeletak dan merasa telah membaca buku itu saya diamkan saja, hingga ketika saya sangat bosan dan membaca ulang buku tersebut sampai saya pada titik dimana saya sadar saya belum membaca buku ini sampai habis, di iJakarta saya tidak perlu khawatir lagi karena ada fitur pinjaman buku, yang memberi tahu buku apa yang sedang anda pinjam, pinjam? Ya, karena untuk membaca sebuah buku di iJakarta anda diharuskan meminjamnya terlebih dahulu.

Begitu banyak buku yang ingin saya baca sehingga tidak memungkinkan saya menunggu untuk meminjamnya satu persatu di perpustakaan, di iJakarta dengan fitur antrian buku, sama seperti perpustakaan untuk meminjam kita harus mengantri bukan? Biarkanlah kecanggihan jaman yang mengantri dan otomatis meminjam buku yang anda inginkan ketika orang lain telah selesai meminjamnya,

Dan yang paling saya suka adalah riwayat pinjaman dimana kita bisa melihat buku apa saja yang telah kita pinjam. Cobalah sesekali membersihkan gudang, banyak benda bersejarah  bagi hidup saya yang membuat saya bingung bagaimana bisa ada disitu. Saya menemukan album berisi foto masa kecil saya,  halaman demi halaman saya buka, senyum mengembang di muka saya melihat betapa manisnya kehidupan ketika kecil dahulu dipenuhi dengan canda dan tawa permainan anak-anak. Saya juga menemukan album kedua orang tua saya, melihat masa muda mereka hingga bisa seperti sekarang menjadi kedua orang tua yang saya jadikan panutan. Foto usang yang sangat berarti, mungkin sekarang kedua orang tua saya semakin sibuk dibanding masa kecil saya dahulu, ada tiga anaknya yang masih tumbuh dan harus terus dibiayai. Saking sibuknya mereka terkadang tidak pulang atau pulang larut malam yang tentunya saya masih bangun menikmati malam sambil menunggu kehadiran mereka. Dan jika merasa kesepian bukalah kembali album yang berdebu itu dan sadarlah, betapa sibuknya mereka sekarang, betapa banyak pertengkaran yang terjadi, betapa banyak cerita yang terabaikan. Mereka melakukannya untuk keluarga.

Tidak semua buku yang kita baca bagus menurut kita, tapi mungkin saja bagus untuk orang lain, setiap orang mempunyai selera yang berbeda. Di ijakarta kita bisa memberikan ulasan buku, bayangkan jika ada yang ingin memberikan ulasan buku di perpustakaan umum, saya tidak mengharapkan adanya cacian yang tertulis di halaman buku yang akan saya baca tentunya.

Agak susah memang berkenalan di dalam perpustakaan, bayangkan jika sedang asik membaca ada seseorang yang tiba-tiba mengajak anda berkenalan, agak mencurigakan bukan? Oleh karena itu iJakarta ada fitur saling follow, dengan following dan  followers, kita dapat merekomendasikan buku kepada mereka dan juga saling mengobrol mengenai apa saja yang menurut kalian dapat menjadi bahan pembicaraan.


Andaikan saya terlahir dengan darah biru yang memiliki kekayaan tujuh turunan, saya akan membuat perpustakaan pribadi untuk menaruh buku saya, tapi kenyataannya tidak, satu-satunya cara adalah bekerja dan menabung sehingga saya bisa membuat perpustakaan pribadi, atau cukup menggunakan aplikasi iJakarta kita dapat meminjam buku sebanyak apapun yang kita mau, walaupun tidak berbentuk buku, setidaknya koleksi saya banyak.

Berbeda dengan kematian sang matahari ketika malam telah tiba, sang rembulan menghilang perlahan meninggalkan bekas obrolan dalam perangkat digital saya dan hiduplah kembali sang matahari dengan sinarnya yang menyilaukan membuatnya menjadi pertemuan.

Dengan kembalinya sang raja dari kematiannya, udara segar menari disekelilingnya. Dan bagi yang ingin berbaik hati kepada sesama, iJakarta menyediakan fitur donasi untuk kita mendonasikan buku untuk menambah kuota pinjam buku yang kita donasikan. Untuk apa berpelit harta, iJakarta telah  sepenuhnya gratis, tiada salah mengeluarkan beberapa duit untuk beramal dalam literasi

Sungguh saya merasa berterima kasih kepada Aksaramaya yang telah menciptakan aplikasi ini. Jika iJakarta hanyalah permulaan, bayangkan pengembangan iJakarta dengan adanya inlislite (perpustakaan digital perpusnas, yang masih dalam tahap pengembangan) dan juga indonesiaonesearch (kumpulan arsip perpusnas). Mungkin saya akan menyerahkan diri kepada ketenangan malam dan tak pernah melihat siang.

untuk mengakses iJakarta dapat langsung mengunduh melalui websitenya https://ijakarta.id/

Artikel Ini Ditulis Untuk Mengikuti Lomba Konten Blog Dalam Rangka Hanjaba (Hari Anak Jakarta Membaca) 2016 yang diselenggarakan Oleh BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH #BloggerHanjaba